Jumat, 27 Februari 2015

Kampung Boy & Town Boy - Lat


Judul Komik
:
Kampung Boy & Town Boy
Penulis
:
Lat
Penerjemah
:
Winda Veronica Silalahi
Penerbit
:
Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit
:
2012



Entah kenapa aku suka terpikat oleh arsitektur rumah panggung. Makanya, saat membaca Kampung Boy, aku sangat menikmati rancangan-rancangan rumah panggung di kampung Lembah Kinta, walaupun dalam komik itu semua digambar dengan gaya sketsa. Apalagi rumah panggung di situ dibikin tinggi-tinggi. Aku membayangkan diriku menjelajahi rumah-rumah itu layaknya Lat yang masih balita.Tanah di kolong rumah terasa sangat lapang. Bagian dalam rumah pun terasa enak untuk lesehan. Jadi berangan-angan suatu saat membangun rumah serupa, walaupun musykil juga dibangun di daerah perkotaan yang berdempetan. Memang, dalam Town Boy, akhirnya Lat sekeluarga pindah ke kota Ipoh, ke sebuah kompleks perumahan murah yang rumahnya adalah rumah panggung. Tapi, bangunan-bangunan di pusat kota Ipoh bergaya rumah tembok. Aku jadi ingat bangunan daerah Otto Iskandardinata dan Braga.

Kontras lainnya antara Kampung Boy dan Town Boy adalah gaya penceritaannya. Masa-masa Lat tinggal di kampung diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga. Bahkan, ketika Lat sudah mulai main dengan teman-teman ngajinya, dan sekolah. Satu-satunya balon kata dalam Kampung Boy ada pada bagian ayahnya memberitahu tentang tanah warisan. Panel-panelnya pun datar. Banyak sekali halaman yang hanya berisi satu panel. Itu membuat kisah dalam Kampung Boy terasa seperti sebuah kesan samar atas kenangan masa kanak-kanak. Sedangkan, dalam Town Boy, peristiwa banyak diceritakan lumayan rinci. Banyak halaman berisi serangkaian panel. Di situ pun Lat remaja yang pada masa kanak-kanak digambarkan sangat pendiam tampak lebih bersosialisasi. Dia banyak ngobrol dengan teman-temannya. Bahkan, dia sempat nongkrong berdua dengan seorang perempuan sebaya.

Kampung Boy adalah serangkaian potongan peristiwa singkat tentang masa kanak-kanak, sementara Town Boy tentang masa remaja. Masa remaja masa menggebu-gebu sekaligus lebih gelisah (tengoklah kisah persahabatan antara Lat dan Franki), sedangkan masa kanak-kanak terasa ceria dengan selingan kenakalan-kenakalan kanak-kanak walaupun ada satu peristiwa yang memberi kesenduan pada masa itu. Membaca Kampung Boy dan Town Boy terasa seperti saat melihat sosok Lat balita: menggemaskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar