Selasa, 17 Maret 2015

Azalea - Asahan Alham


Judul Buku
:
Azalea – Hidup Mengejar Ijazah
Penulis
:
Asahan Alham
Penerbit
:
Klik Books
Tahun Terbit
:
2009



Meskipun ada sebuah pepatah yang berbunyi ”Kalau tidak bisa bicara yang baik, lebih baik diam”, tentang Azalea, saya merasa lebih baik bicara. Meskipun begitu, apa yang akan dibicarakan di sini tidak sepenuhnya tidak baik sih. Soalnya adalah buku itu kurang impresif. Karena itulah kesan-kesan yang tersisa dituliskan di sini. Jadi tulisan ini hanya upaya untuk mengingat.

Dari awal sampai akhir buku bertebaran penggunaan kata “yang”, kata yang lazim. Masalahnya, penggunaan kata “yang” dalam Azalea terpengaruh penggunaan kata “which”, “who”, “whose”, dan “whom” dalam bahasa Inggris. Memang, kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kata-kata itu bisa dipadankan dengan kata “yang”, walaupun tidak persis. Tapi, tulisan yang harusnya berstruktur bahasa Indonesia, jadi terasa ditulis dalam bahasa Inggris. Dampaknya, kalimatnya banyak beranak. Itu yang bikin agak kesal. Untungnya, tentang tata bahasa, hanya itu yang menonjol.

Semua cewek yang akhirnya bergendak dengan Sulaiman adalah cewek yang diam-diam menggigit. Maya adalah guru bahasa Perancis Sulaiman. Octaviana adalah teman sekelas yang angkuh. Mira adalah sepupu jauh yang ternyata suka ‘bertualang’. Zulaiha dan Nurhayati adalah dua perempuan yang terlibat dalam cinta segi tiga rumit dengan seorang lelaki yang kabur merantau. Mira, Zulaiha, dan Nurhayati sejak awal bersikap akrab pada Sulaiman, walaupun akrab yang baik-baik. Sedangkan, awalnya Maya dan Octaviana jutek pada Sulaiman. Ujung-ujungnya semua kecantol pada Sulaiman. Di antara mereka hanya Irma saja yang tidak sampai bergendak dengan Sulaiman. Kekhususan ini juga yang membuat rasa Sulaiman padanya lebih khusus ketimbang pada perempuan yang lain.

Meskipun ada hal lain dalam Azalea, tapi yang terasa hanyalah persinggahan antara satu perempuan ke perempuan lain. Hanya saja peristiwa-peristiwa mengalir begitu saja tanpa ada ledakan-ledakan. Bahkan, kegagalan Irma dalam ujian yang membuat Sulaiman sangat lesu, dan kematian Mira dan Octaviana terasa datar saja. Paling-paling yang agak mencekam adalah saat Octaviana dan Maya diperkosa oleh gerombolan dalam perjalanan pulang studi tur ke Banten. Selebihnya, datar-datar saja.

Sulaiman adalah pemuda yang ingin bebas (dari ikatan ideologis dan ekonomis kakaknya, dari gelar-gelar yang diberikan padanya (violist, penyair, dan perenang), dst.), kurang suka terhadap tanggung jawab, dan tak acuh terhadap banyak hal. Tapi, justru pembawaan itu juga yang membuatnya merasa tak punya arah. Agaknya pembawaan itu yang ingin dipendarkan dalam alur cerita Azalea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar