Judul Buku
|
:
|
Dan Terhamparlah Darat Yang Kuning, Laut Yang Biru
|
Penulis
|
:
|
Aoh K. Hadimadja
|
Penerbit
|
:
|
Pustaka Jaya
|
Tahun Terbit
|
:
|
1975
|
Nardi Narmat, seorang duda umur 30-an, pergi ke Belanda
untuk mencoba menjadi pengarang. Tapi di sana dia malah punya hubungan gelap
dengan Mia, istri induk semangnya. Akhirnya, dia pindah ke pondokan keluarga
Heysman. Tapi, di sana pun dia malah berhubungan gelap juga dengan seorang
tetangganya, Freida, padahal perempuan itu tinggal bersama dengan seorang pria,
Oscar Mees, yang bukan kekasih maupun suaminya tapi begitu dekat batinnya. Meskipun
begitu, ujung-ujungnya pada pertemuan terakhir ucapan Freida menguak rasa
rendah diri dan kepengecutan Nardi. Lalu, pada bagian kedua buku yang judulnya
panjang ini perasaan Nardi itu terjelaskan lewat pengakuannya pada seorang
seksolog, Dr. Mansfield. Hubungan seksual dia dan Nangsih, mantan istrinya,
jelek. Dia tak mampu memuaskannya. Terkuaklah bahwa cintanya pada Nangsih tidak
lebih besar ketimbang pada Padmi, perempuan yang sebenarnya dicintainya tapi
mengulurnya dan malah kawin dengan orang lain.
Akibat lebih dahulu diceritakan ketimbang sebab. Pada
mulanya Nardi ditampakan sebagai seorang bajingan karena hubungannya dengan
Mia. Keagresifannya terhadap Freida menguatkan kesan itu. Di titik ini pembaca
mungkin jadi antipati. Namun, kesan itu dirobohkan oleh penguakan Freida atas
kelemahannya. Tokoh yang awalnya tampak menyebalkan jadi tampak patut
dikasihani. Dia tampak menyedihkan. Barulah simpati atas dia dipantik lewat
pengakuannya pada Dr. Mansfield. Pembalikan urutan antara akibat dan sebab –
ingat, bukan alur, adalah usaha untuk membuat pembaca bersimpati pada Nardi.
Kepengecutan dan keagresifan Nardi digolakkan dalam
pembicaraan terakhir dengan Freida. Dia dibandingkan dengan Oscar. Untuk
menemani dan mengurus Freida saja dia mesti seperti maling, mengendap-endap.
Dia sangat agresif membakar gairah Freida. Tapi, saat Freida sendiri yang
menginginkan, dia malah berdalih. Di sisi lain, dulu, saat awal berhubungan,
Oscar menyelinap ke kamar Freida. Mereka bergendak walaupun di sebelah adalah
kamar ayah Freida. Seperti yang dikatakan Freida, Oscar mengajarkannya
keberanian dan memberontak. Nardi dan Oscar hanya beberapa kali bertemu. Itu
pun tanpa benar-benar berbincang. Tapi, cerita tentang Oscar membuat Nardi ciut
mendekati Freida, selain karena takut ketahuan Nyonya Heysman. Nardi merasa
kecil dan ciut dihadapan keberanian Oscar. Itu juga yang memantik ingatan
tentang kepengecutannya saat berhubungan dengan Padmi. Pada pembicaraan
terakhir yang menentukan itu Nardi babak belur.
Di ruang tunggu Dr. Mansfield Nardi bertemu dengan seorang
homoseksual. Dia bertanya pada Nardi apakah kenal dengan seorang dukun, karena
dia ingin berhenti jadi homoseksual. Dokter-dokter tak mampu menolongnya. Kumis
dan janggut orang itu lebat. Dia sendiri mengaku bahwa itu hanyalah kedok atas
orientasi seksualnya. Kumis dan janggutnya sama dengan keagresifan Nardi:
sama-sama menutup-nutupi hal yang sebenarnya ada di dalam diri mereka.
Solusinya tersirat dalam obrolan Nardi dengan Dr. Mansfield: Berdamailah dengan
masa lalu dan hasrat-hasrat saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar