Minggu, 01 Mei 2016

Ada Apa Dengan Cinta 2 - Miles Film



Judul Film
:
Ada Apa Dengan Cinta 2
Sutradara
:
Riri Riza
Aktor
:
Nicholas Saputra, Dian Sastro, Adinia Wirasti, Titi Kamal, Sissy Priscillia, Dennis Adhiswara
Rumah Produksi
:
Miles Film
Tahun Rilis
:
2016
 

Sama seperti Cinta yang menunggu Rangga, para penonton menunggu AADC2 dirilis sejak pertama kali amunisi gembar-gembornya ditembakkan. Semua penuh harap dan damba, apalagi berondongan peluru promosinya melesat lewat segala penjuru, dari mulai stiker Line sampai iklan Aqua. Maka, wajar kalau pada hari perdana rilisnya di medsos banjir status kehabisan tiket. Tapi, seperti Cinta yang akhirnya ketemu lagi Rangga di Yogya, ribuan penonton pun bertemu lagi dengan wajah mereka yang sudah mapan di dalam bioskop. Di antara mereka tentu ada segolongan orang yang selama menontonnya bertanya-tanya dalam hati,“Ada apa dengan AADC2?” Memangnya ada apa?

Sebagai pemanasan, kita mulai dari yang ekstra-ekstra dulu, ya?

Ada iklan terselubung “Visit Yogyakarta” di AADC2. Dari Klinik Kopi, Papermoon, Candi Ratu Boko, Sate Klathak, Punthuk Setumbu, Bukit Rhema, sampai Eko Nugroho –ya, Eko yang otaknya Daging Tumbuh itu—dipajang di film ini. Bahkan, Eko Nugroho menjadi alasan Cinta untuk datang ke Yogya, tempat yang akhirnya mempertemukannya kembali dengan Rangga. Pantas saja ‘komplotan Yogya’, seperti Mojok.co, berisik tentang film ini bahkan sejak awal isu film ini beredar.

Tapi, yang lebih penting adalah film ini menunjukkan sorotan kamera Riri Riza terhadap Yogya dan daerah sekitarnya. Sebagai film bertema liburan, film ini senada dengan film-film cs-nya Riri dan Mira, Laura dan Marsha. Yogya tak kalah seru dari kota-kota Eropa. Itu untuk ‘mata pariwisata’. Selanjutnya, --ini lebih pretensius—untuk ‘hati perenung’. Dulu di Tiga Hari Untuk Selamanya Riri menyorot Sendang Sono sebagai suatu lambang titik balik tokohnya. Di AADC2 dia menyorot Punthuk Setumbu dan Bukit Rhema sebagai tempat perenungan tentang perjalanan. Di tempat itu bahkan Rangga dan Cinta berbicara tentang makna traveling dan liburan. Ramuan ‘road movie’ yang dipakai di dua film tadi diaduk Riri dalam kisah Cinta dan Rangga.


Sudah sepanas Yogya? Nah, sekarang baru kita bahas yang terang-terangan berkaitan dengan Cinta dan Rangga yang legendaris itu.

Yang paling kentara adalah ada kendala produksi yang berdampak besar terhadap isi AADC2. Sejak video promosi resminya muncul sudah jelas ada satu veteran AADC yang tak akan ada. Ya, Ladya Cheryl alias Alya. Kita tahu di AADC Alya adalah tokoh kompor untuk hubungan Cinta dan Rangga. Sebenarnya, Alya ada dalam sinopsis awal AADC2, kata Mira Lesmana dalam sebuah berita yang juga mengabarkan musabab absennya Ladya Cheryl. Kalau Alya tidak ada, lantas siapa yang jadi kompor pasangan legendaris itu dalam sekuel ini? Milly tak mungkin. Terlalu polos. Maura? Wataknya di AADC menyiratkan bahwa di masa depan dia akan menjadi ibu-ibu sosialita –dan tampaknya begitulah yang akhirnya terjadi. Karmen yang tomboy itu? Ya, dialah yang didapuk untuk menjadi Alya di AADC2. Tak tanggung-tanggung. Dia dipermak menjadi tokoh yang depresif seperti Alya dulu. Tentu saja dia juga mengompori hubungan Cinta dan Rangga. Terlepas itu, Adinia Wirasti juga memang pilihan yang lebih tepat ketimbang Titi Kamal atau Sissy Priscillia. Di beberapa film termutakhirnya dia memerankan tokoh berwatak sefrekuensi, seperti di Laura dan Marsha atau bahkan di Tiga Hari Untuk Selamanya. Tapi, tetap saja Karmen yang depresi dan Alya itu dua tokoh yang berbeda.

Selanjutnya, ada hal-hal yang dikemas berbuih-buih padahal hal-hal lain disajikan dengan elegan dalam AADC2. Mari bandingkan cara pengungkapan identitas Sukma, adik tiri Rangga, dan musabab Karmen depresi. Sukma bilang,“Aku ini adik tiri Mas Rangga.” Iya, memang Rangga menanyakan identitasnya saat dia tiba-tiba datang ke kafe masnya di New York. Tapi, cara pengungkapan lewat satu kalimat itu seperti adegan hantu muncul dalam film horor: sekadar ingin sok-sokan membikin kaget. Belum lagi monolog Sukma tentang keadaan keluarga Rangga. Kenapa tidak sekalian saja dirincikan lebih lanjut ada hubungan apa Mbak ini atau Mas itu dengan Rangga? Oke, kita pakai istilah klise: trik Tell itu gagal memberi penekanan pada masalah keluarga Rangga. Sementara itu, trik Show berhasil menggemakan musabab Karmen depresi. Di awal orang-orang bilang dia baru keluar dari rehab narkotika. Lalu, saat kita bertanya-tanya,“Kenapa sih Karmen kepo banget sama urusan Cinta dan Rangga?” jawabannya menyeruak pada adegan pertengkarannya dengan Cinta: Karmen stres karena suaminya meninggalkannya gara-gara perempuan lain dan dia terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Rangga karena  merasa mereka senasib padahal, menurut Cinta, tidak. Pengungkapan keterpurukan Karmen lebih elegan ketimbang pengungkapan identitas dan motif Sukma, sehingga kita bisa lebih berempati pada Karmen ketimbang Sukma. Bahkan, kalau boleh ngomong sembarangan, Sukma lebih tampak seperti orang yang mengidap, kata para otaku, ‘onii-chan complex’ ketimbang orang yang mengkhawatirkan keutuhan keluarganya.

Tentang pengungkapan yang berbuih dan elegan, ada satu contoh lagi: selipan komentar sosialnya. Di AADC2 selagi Rangga dan Cinta ‘kencan’, mereka membicarakan pemerintah sekarang. Topik itu dibuka dengan kalimat,“Aku terus ikut pemilu lho.” Tersirat bahwa mereka memilih calon presiden yang sama. Lalu, topik itu ditutup dengan pertanyaan,“Nyesel, gak?” Tentu saja yang mereka pilih adalah Jokowi. Dan obrolan itu adalah sindiran terhadap kinerjanya. Tapi, sayangnya, sinisme itu ditempatkan pada adegan yang tidak tepat. Sebelumnya, mereka bicara tentang kehidupan pribadi lalu ujug-ujug topik itu muncul. Bandingkan dengan sindiran terhadap pemerintahan Soeharto dalam AADC. Itu muncul gara-gara Cinta bertanya tentang perceraian orang tua Rangga. Lalu, Rangga menyindir nasib sial bapaknya gara-gara menulis tesis tentang kebobrokan pemerintah: dipecat dan ditinggal istri. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui: Pertanyaan Cinta terjawab, sindiran terhadap pemerintah ada, dan lawakan sinis pun ada. Walaupun tetap lucu, di AADC2 komentar terhadap pemerintah dipaksakan muncul.

Oke, ini yang terakhir deh: Ada banjir lawakan yang menenggelamkan konflik utama AADC2. Khayalan yang pertama-tama muncul dalam tiap orang yang menantikan film ini adalah kelanjutan hubungan Cinta dan Rangga setelah empat belas tahun. Itulah yang diharapkan paling berkesan dari film ini. Sayangnya, justru kedramatisan hubungan mereka kalah telak oleh lawakan yang muncul sepanjang cerita. Adegan Geng Cinta adalah adegan penuh lawak dan Milly adalah pelawak utamanya. Seperti juga di AADC, di AADC2 adegan kencan Rangga dan Cinta pun disusupi lawak. Tapi, kalau dulu kita tertawa sambil bilang,“ ciee... ciee...”, sekarang kita hanya akan tertawa menyaksikan adegan itu. Bahkan, dua adegan yang mestinya dramatis (adegan Rangga dan Cinta di tangga beranda sebuah rumah dan adegan ‘Jahat’) malah bikin ngakak. Harapan terakhir jatuh pada adegan terakhir, saat Cinta akhirnya memilih Rangga. Sayang seribu sayang, kontras antara kehangatan ciuman dan pelukan dengan dinginnya taman penuh salju itu justru malah terasa seperti adegan FTV kalau tidak mau menyebutnya sinetron, gara-gara ancang-ancangnya yang ampun deh.



Ada Apa Dengan Cinta 2 sekadar menjual nilai nostalgia dengan menghidupkan kembali kisah tokoh ikoniknya tanpa memperkuat atau sekadar memberikan kesan dramatis seperti AADC, sehingga berubah haluan dari drama menjadi komedi romantis kekinian dengan bumbu road movie. Oke, saya gatal ingin bilang: Ada Apa Dengan Cinta 2? Ada-ada aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar