Judul Buku
|
:
|
Lukisan
|
Penulis
|
:
|
Gola Gong
|
Penerbit
|
:
|
Balai Pustaka
|
Tahun Terbit
|
:
|
1997
|
Lukisan berisi titik balik Febri dari gadis yang kelewat
patuh pada orang tuanya yang sangat protektif menjadi seseorang yang mampu
mengambil keputusan sendiri.
Perubahan dalam diri Febri dipicu oleh perkenalannya dengan Tomo, tokoh lelaki yang sifat dan latar belakangnya kontras dengannya. Mereka bertemu di pantai Carita saat Febri merayakan ulang tahunnya yang ketujuh belas. Dampak keprotektifan orang tuanya ditunjukkan dalam adegan-adegan Febri dan Tomo. Febri pingsan hanya karena didekati kepiting. Dia tunduk saat dilarang bertemu lagi dengan Tomo yang dianggap bapaknya sebagai lelaki bergajul dan madesu karena kerjanya adalah melukis. Dia takut ketahuan bapaknya saat Tomo mengunjungi rumahnya di Jakarta. Kemanjaan itu berubah perlahan seiring menguatnya kesadaran bahwa dirinya sudah tujuh belas tahun, kata lain dari dewasa. Kehadiran sosok Tomo memperintens kesadarannya. Tomo yatim piatu dan mesti membiayai adiknya dengan menjual lukisannya. Tentu saja Tomo mempengaruhinya tidak hanya secara pasif. Inisiatif Tomo mendekati Febri bahkan bisa dibilang kelewat heroik, apalagi saat dia tetap teguh untuk bicara dengan bapak Febri walaupun satpam menyuruhnya untuk pulang saja daripada kena damprat. Cinta Febri dan Tomo saling bersahutan.
Yang mencolok dari kisah ini adalah betapa banyak adegan digambarkan sangat melodramatis, persoalan diatasi dengan jimat deus ex machina, dan kecuali Febri, tokohnya datar dan cendrung stereotip. Tiap kali didamprat bapaknya gara-gara Tomo, Febri meraung-raung. Bapaknya yang kelewat protektif itu ditampilkan sebagai orang kaya yang penuh prasangka terhadap orang miskin dan mengidap sindrom “anti-seniman-kere”. Stereotip tokoh orang kaya. Tomo sendiri adalah stereotip tokoh seniman. Bebas, mandiri, heroik, kere, dst.. Stereotip paling kocak bagi saya adalah tokoh wartawan. Dia mengekspos kisah cinta sang pelukis Tomo dan Febri yang ditentang bapaknya. Berita itu terekspos seiring dengan mulai lakunya lukisan Tomo di suatu pameran. Lalu, melejitlah Tomo. Sukses! Setelah itu, bapak Febri menerima Tomo. Akhir bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar