Sabtu, 08 Oktober 2016

Perempuan - Mochtar Lubis


Judul Buku
:
Perempuan
Penulis
:
Mochtar Lubis
Penerbit
:
Yayasan Obor Indonesia
Tahun Terbit
:
2010 (terbit pertama tahun 1956)



Perempuan berisi cerpen-cerpen tentang gejolak perang (fisik ataupun politik), hubungan antara orang dan harta, hubungan antara lelaki dan perempuan, dan orang yang suka membual.

Dalam kumpulan cerpen ini perang fisik maupun politik digambarkan merugikan orang-orang yang tidak berkepentingan langsung di dalamnya. Seorang perempuan kehilangan pacarnya gara-gara perang (Sinyo Brandi). Seorang haji bunuh diri karena tidak tahan diombang-ambing ke sana ke mari oleh orang-orang partai sedangkan dia bertugas sebagai pembentuk opini penduduk kampungnya (Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri). Seorang dokter merasa bersalah karena hanya bisa terpaku saking serba salahnya saat dihadapkan pada seorang pasien yang merupakan anggota gerilyawan (Ceritera dari Singapura). Ada juga cerpen yang membahas perang dengan pendekatan lain. Seorang petani kikir ketiban sial di tengah masa perang Korea (Kebun Pohon Kastanye). Sikap seseorang berubah saat menjalani gerakan bawah tanah dan penilaian orang terhadapnya pun berbeda-beda bergantung pada kedudukannya dalam peristiwa itu (Angin Musim Gugur). Cerpen-cerpen itu menyorot perang sebagai sesuatu yang menguak sifat manusia. Pendekatan lainnya adalah perang membuat seseorang merasa tidak diterima di mana pun karena pandangan dan kedudukannya di dalamnya (Perempuan). Perang berpengaruh besar pada perubahan hidup seseorang, bahkan pada orang yang tidak terlibat langsung sekalipun. 

Ada beberapa sudut yang dipakai untuk memandang hubungan harta dan manusia dalam kumpulan cerpen ini. Yang paling banyak digambarkan adalah orang-orang yang sangat bangga dengan hartanya. Saking bangganya sampai-sampai orang itu yakin mampu membeli cinta (Semua Bisa Dibeli). Saking bangganya sampai-sampai orang itu menjadi buas saat hartanya disentuh orang lain (Kebun Pohon Kastanye & Tabrakan). Di sisi lain, digambarkan juga orang-orang yang melarat. Seorang perempuan sengaja berperilaku layaknya orang gila saking melaratnya (Orang Gila). Rokok menjadi kemewahan yang begitu istimewa bagi seorang pemulung sampah sampai-sampai dinikmati dengan sangat khusyuk (Sepotong Rokok Kretek). Ada juga cerpen yang menggambarkan penyesalan orang yang menyia-nyiakan uangnya demi lotre yang tak pernah dimenangkannya (Lotre Haji Zakaria). Harta digambarkan sebagai sesuatu yang sangat mempengaruhi orang dalam memandang dirinya,orang lain, dan kehidupan.

Kedudukan perempuan lebih kuat daripada lelaki dalam cerpen-cerpen yang membahas hubungan mereka, khususnya kalau kelas sosial mereka lumayan tinggi. Lelaki sangat mudah dikelabui kalau sudah terpikat oleh perempuan (Perempuan & Untuk Kemanusiaan). Lelaki bisa menjadi gelap mata kalau sudah terpikat oleh perempuan (Cemburu & Sepucuk Surat). Meskipun demikian, kalau dalam hubungan itu terdapat gengsi antara keduanya, lelaki dan perempuan bisa penuh siasat dan bersaing untuk mendominasi (La Bandida & Semuanya Bisa Dibeli). Di sisi lain, dalam cerpen yang menggambarkan hubungan lelaki-perempuan di kalangan bawah, lelaki dominan dan perempuan tidak mempermasalahkannya, bahkan dia tidak perlu pertimbangan banyak-banyak untuk kawin berkali-kali (Pak Siman dan Bini-Bininya). Kumpulan cerpen ini menunjukkan bahwa hubungan lelaki-perempuan adalah urusan siapa yang mampu memegang kendali.
Di antara 19 cerpen dalam kumpulan ini ada dua cerpen yang suasananya bisa dikatakan menyimpang dari yang lain. Dalam dua cerpen itu tokoh utamanya adalah Si Jamal, seorang pembual. Keduanya berkaitan dengan harta. Bedanya, kalau cerpen Si Jamal: “Kawan Saya” lebih menekankan pada soal kesesumbarannya saja, cerpen Si Djamal Anak Merdeka lebih mengaitkannya dengan keadaan politik pada masa setelah Konferensi Meja Bundar.

Ada yang kontras antara sembilan cerpen yang berlatar luar negeri dan cerpen sisanya yang berlatar lokal (Indonesia). Kecuali Kebun Pohon Kastanye, cerpen yang berlatar luar negeri diceritakan oleh pencerita orang pertama. Hampir dalam semua cerpen itu si “Aku” secara langsung maupun tidak langsung disebutkan berprofesi sebagai wartawan atau yang berkaitan dengan itu. Pada cerpen-cerpen itu pun si “Aku” lebih berperan sebagai pendengar kisah-kisah orang lain. Si “Aku” berperan sebagai pewarta kisah-kisah itu. Di sisi lain, cerpen-cerpen yang berlatar lokal mengandung lebih banyak ragam profesi pencerita kalau sudut pandangnya orang pertama. Bisalah kita simpulkan bahwa cerpen-cerpen berlatar luar negeri itu mengandung unsur autobiografis yang cukup kuat karena Mochtar Lubis berprofesi sebagai wartawan. Cerpen-cerpen itu diilhami oleh percakapan-percakapannya saat melawat ke luar negeri.

Meskipun tidak muncul pada seluruh cerpen, kesan yang kuat ditunjukkan kumpulan ini adalah manusia adalah makhluk yang tindakannya sulit ditebak. Dari perempuan yang bersikap cinta pada lelaki padahal sebenarnya tidak, sampai seorang haji yang bunuh diri. 

Perempuan adalah sekumpulan kisah tentang manusia yang sulit ditebak sikapnya saat dihadapkan pada urusan harta, lelaki-perempuan, dan perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar