Judul Buku
|
:
|
Supernova Episode: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
|
Penulis
|
:
|
Dewi Lestari
|
Penerbit
|
:
|
Bentang Pustaka
|
Tahun Terbit
|
:
|
2016 (terbit pertama kali tahun 2001)
|
Pernahkah kamu mendengar pernyataan bahwa hal-hal keilmuan
itu penuh istilah aneh nan njlimet? Di sisi lain, ada juga pernyataan bahwa
apa-apa yang secara njlimet dijelaskan oleh suatu disiplin ilmu tertentu
sebenarnya sederhana. Stereotip semacam inilah yang teringat saat saya membaca
Supernova Episode: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dee Lestari,
khususnya pada adegan dua tokohnya berdebat tentang itu.
Buku ini terdiri atas tiga plot: (1) penulisan suatu roman
dengan tendensi ilmiah oleh sepasang gay, yang satu, Dimas, condong pada watak
nyeni dan yang satu lagi, Reuben, pada watak ngilimiah; (2) perselingkuhan
seorang jurnalis bersuami, Rana, dengan seorang managing director suatu
perusahaan multinasional, Ferre atau Re; (3) perjumpaan seorang pelacur kelas
wahid, Diva, dengan kebobrokan-kebobrokan manusia. Tiga plot ini saling
menyelingi.
Terdapat ruang kosong antarplot sehingga hubungan satu sama
lainnya muncul seiring dengan laju cerita. Misalnya, ruang kosong itu tampak
pada penamaan tokoh karya sepasang gay tadi. Mereka menamai tokoh-tokohnya
Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Hanya dari obrolan merekalah kita mengetahui
karya mereka, dan obrolan mereka atas tokoh-tokoh itu cocok dengan keadaan yang
dihadapi Re, Rana, dan Diva sehingga muncul kesan bahwa tiga tokoh itu adalah
tokoh rekaan Dimas dan Reuben. Tapi, seiring laju cerita kesan itu direvisi.
Re, Rana, Diva, Reuben, dan Dimas berada pada dunia yang sama. Soal ini akan
kita bahas lebih lanjut kemudian.
Menyatut pernyataan Reuben tentang plot semacamnya, plot
Ferre dan Rana adalah suatu klise. Seorang istri bertemu lelaki lajang yang
menggoncang hidupnya yang lancar-lancar saja. Pergolakan muncul dari benturan
antara hasrat bercinta dan kedudukan profesional dan personal mereka. Puncak kemelut
itu dileraikan oleh tindakan pihak-pihak selain mereka berdua, yakni suami Rana
dan Diva. Pada akhirnya Ferre dan Rana tidak bersatu, tapi itu bukan sesuatu
yang menyedihkan seperti dongeng Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, kisah yang
mengilhami Dimas untuk menulis ceritanya, kecohan yang disebutkan di awal buku.
Dalam obrolan tentang karya mereka, Dimas dan Reuben
membahas beragam teori. Teori-teori tersebut ditempatkan di antara
adegan-adegan Ferre, Rana, dan Diva sehingga muncul kesan bahwa itulah penjelasan
teoritis atas peristiwa-peristiwa tersebut. Secara tersurat Reuben menyatakan
bahwa kisah klise perselingkuhan itu digunakan untuk menunjukkan penerapan
fakta penelitian sains dalam kehidupan sosial. Teori-teori canggih yang
dijelaskan Reuben terejawantah dalam kejadian-kejadian yang dialami Ferre,
Rana, dan Diva. Di sisi lain, ada adegan semacam adegan pertama buku ini. Di
situ anak muda mabuk psikotropika. Tapi, karena dijelaskan oleh Reuben dengan
istilah teoritis, kegiatan mabuk-mabukan itu lebih terdengar seperti kuliah
sains. Ada kecenderungan untuk menyatakan bahwa sastra adalah upaya membumikan
hal-hal abstrak. Tapi, di sisi lain, bisa dibilang juga ada kecenderungan untuk
mengabstrakkan peristiwa-peristiwa sehari-hari. Kecenderungan itu sendiri
ditertawakan lewat adegan Dimas mengejek Reuben yang suka menggunakan
istilah-istilah aneh untuk menjelaskan peristiwa yang sederhana.
Dimas dan Reuben memang meniatkan karya itu sebagai
perpaduan antara sastra berdimensi luas dan sebuah tulisan yang menjembatani
semua percabangan sains. Pernyataan ini dan petunjuk-petunjuk tadi adalah pintu
menuju persoalan-persoalan lebih abstrak yang diajukan buku ini. Hidup Ferre
dan Rana, misalnya, dijadikan suatu perumpamaan tentang sistem dan kemungkinan
perkembangannya. Secara teoritis persoalan itu dijelaskan lewat pembahasan
tentang fraktal Mandelbrot, atraktor asing, bifurkasi, reversed order
mechanism. Kesadaran berkali-kali dibahas Dimas dan Reuben, dari aspek
kesadaran, sinyal lokal-nonlokal, sampai Faraday’s Cage. Masalah kesadaran
mengarahkan pembahasan pada persoalan kehendak bebas sehingga dinyatakan bahwa
wujud kehendak bebas adalah kebebasan untuk mengubah kesadaran, misalnya, dalam
kasus perselingkuhan itu, mengubah anggapan bahwa suatu bencana adalah berkah
atau sebaliknya. Kesadaran Dimas dan Reuben tentang adanya orang-orang yang
entah bagaimana berkaitan dengan tokoh-tokoh rekaan mereka menjadi jembatan
menuju pembahasan tentang kenyataan. Teori tangled hierachy Douglas Hofdstadter
dan sinkronisitas Carl Jung menjadi landasan pembahasan itu. Semua pembicaraan
teoritis itu menuju pada pernyataan tentang ketakterbatasan dan dengan demikian
segala sesuatu saling terhubung. Di sini sains menjadi jalan menuju hal-hal
mistik.
Ketakterbatasan itu berusaha diejawantahkan Dee dalam sosok
Diva. Kedudukannya membuatnya tampak seolah melampaui manusia. Tapi, di sinilah
juga persoalan ketakterbatasan itu muncul. Dia bisa bersikap melampaui moral hitam-putih
karena sebagai pelacur kelas tinggi yang amat cantik dia memiliki kekuatan
modal. Dia tidak perlu tunduk pada aturan-aturan moral kekuatan-kekuatan lain.
Kalau mengingat internet adalah sarana yang mendukung keterhubungan semua
orang, kedudukannya sebagai cyber avatar bernama Supernova bukanlah sesuatu
yang luar biasa. Bahkan, pada beberapa adegan sosok yang seolah netral-moral
itu justru terlihat menjunjung suatu moral tersendiri, sebagaimana tampak pada
adegan peragaan busana anak-anak, hubungan menyerempet romantisnya dengan Gio,
dan obrolannya dengan lelaki-lelaki berkedudukan yang menyewanya. Sebagai
konsekuensi pengejawantahan ketakterbatasan dalam wujud manusia, sebagaimana
pernyataan bahwa kesadaran akan membatalkan ketakterbatasan, ketakterbatasan
itu justru terasa seperti manusia yang berada di puncak hal-hal yang terbatas.
Tapi, memang ada aspek mistik dalam sosok Diva: kemampuannya untuk mengetahui
begitu saja masalah dan kehadiran tokoh-tokoh lain dan kemampuannya untuk
berkomunikasi lewat semacam telepati dengan Ferre.
Masalah ketakterbatasan sebagai akibat kekuatan modal juga
tampak dalam pembicaraan Diva dengan seorang pebisnis dan pejabat.
Batasan-batasan semacam negara dan kewarganegaraan lebur oleh kehadiran
perusahaan-perusahaan multinasional, lenyap oleh kekuatan modal. Pejabat dan
pebisnis itu kemudian sekadar menjadi perpanjangan tangan perusahaan
multinasional dan kehilangan identitas nasionalnya. Pada titik ini
ketakterbatasan perusahaan-perusahaan multinasional itu lebih terasa sebagai
bentuk besar ketakterbatasan sosok semacam Diva. Barangsiapa punya modal, dia
bisa mewujudkan potensi tak terbatasnya.
Supernova Episode: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh adalah
upaya untuk membumikan teori-teori ilmiah yang terdengar njlilmet dalam rangka
menyatakan aspek mistik sains, serta konsekuensi dan penyebab ketakterbatasan
dalam kehidupan sehari-hari.
Novel pertama yang gue baca dan langsung suka sci-fi. :)) Baru setelah ini baca buku-buku Jules Verne sama Djokolelono. Tapi, buku ini memang lintas ilmu sih. Bisa-bisanya Dewi Lestari bikin begini. @_@
BalasHapusBtw, halooo AM. Apa kabarnya? Gila nih, setelah sekian lama tidak bersua, dirimu sudah menerjemahkan buku saja. Semoga semakin sukses! :D
cerita-cerita anak Djokolelono asyik sih. Kalo Verne, penasaran yang Paris in the Twentieth Century. Eh, aku malah asyik dengan turunan Verne & Roald Dahl, Lemony Snicket. Hahaha.
HapusHalo juga, Yu. Denger2 baru mau nerbitin novel lagi ya? Semoga novelmu yang baru juga lancar penerbitannya.
Iya nih, calon novel baru masih revisi (selama 3 bulan wkwk). Karena itu "thriller" dan rada-rada konspirasi jadi masih bongkar-pasang plot. XD
HapusNggak ada rencana menerbitkan fiksi? The Satanic Verses gitu misalnya? :))
terimakasih info nya sangat bermanfaat, jangan lupa kunjungi kami http://bit.ly/2wDDymQ
BalasHapus